Sabtu, 07 Agustus 2010

Jurnal Pendakian Gn. Arjuno-Welirang

Jurnal Pendakian Arjuno (3339 mdpl) -Welirang (3156 mdpl)
Anggota Muda XXXIV PPA Jamadagni

Hari 1
Setelah perencanaan yang memakan waktu sekitar 2 bulan, akhirnya Ekspedisi kami bisa terlaksana. Pada tanggal 3 Juli 2010, semua Anggota Muda XXXIV PPA Jamadagni berkumpul di sekretariat Jamadagni pukul 1 lebih, lengkap dengan carrier dan bawaan masing-masing. Setelah semua AM XXXIV lengkap berkumpul, kami berangkat ke Stasiun Bandung. Para AM yang mengikuti ekspedisi berjumlah 11 orang + 2 Anggota pendamping terdiri dari: Dewantara Akbar, Ridwan Prahadi, Afifah Fakhrunnisa Bijaksana, Archeilia Dwianca, Nyi Raden Mega Purwhanisa, Januvia Rizfamila, Naufal Satrio Aji, Rizky Primayudha, Surya Muhammad Gunarsa, Rizky Raditya, dan Dylan Lamma Parura. Sedangkan Anggota pendamping adalah Adika Febriadi dan Regy Dena Agasi. Kami memakai kereta Malabar Express untuk berangkat ke Malang. Untuk harga tiket ekonominya sendiri pada bulan itu seharga Rp90.000,00 / orang. Kereta berangkat pukul 15.27 dari Bandung.

Hari 2
Karena kereta ekonomi, kereta sering berhenti di stasiun-stasiun kecil, seperti Kotamangun, kutawarja, dan lain-lain. Kereta sampai di Stasiun Kota Baru Malang pukul 08.07 pagi harinya. Setelah semua turun, sesuai ROP, kami mengalokasikan waktu untuk berbelanja bahan makanan di Pasar Klojen yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Stasiun kurang lebih 10 menit. Sedangkan untuk rutin siang, kami membelinya dari kios-kios di sekitar Stasiun. Seusai rutin siang, kami mulai packing sambil menunggu Anggota Adika dan Regi yang masih berbelanja bahan makanan dan transportasi. Setelah mendapatkan transportasi yang dicarikan oleh relasi dari salah seorang AM, kami berangkat ke Tretes. Perjalanan ke Tretes memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Namun sesampai di sana, ternyata ada pertigaan. Ke kiri jalur pendakian ke Arjuno + perizinan, sedangkan ke kanan ke Air Terjun Kakek Bodo. Kami melakukan pembagian tim, 4 orang mendokumentasikan air terjun dan situs-situs di sekitarnya, 4 orang perizinan untuk pendakian, sedangkan sisanya menjaga carrier-carrier¬ yang kami tinggalkan.
Tiket masuk ke Air Terjun Kakek Bodo seharga Rp6.000,00 / orang. Sepanjang perjalanan menuju air terjun dari gerbang masuk, jalannya jalan semen, kecil (hanya cukup untuk 2 orang), landai, dan tempatnya ramai wisatawan lokal maupun luar kota. Monyet-monyet pun bebas berkeliaran, dan tidak tampak takut dengan manusia. Di pinggir-pinggir jalan banyak penjual-penjual makanan dan minuman, walau dengan harga lebih tinggi dari harga normal. Air dari air terjun Kakek Bodo sendiri sangat jernih dan pemandangannya indah. Tinggi air terjunnya kurang lebih 40 m. Dan pengunjung bebas untuk mandi-mandi.
Sebelum air terjun, terdapat makam Kakek Bodo. Menurut legenda, kakek yang sebenarnya bernama Mbah Coko Tirtodilo ini dinamai Kakek Bodo karena sejarahnya yang dulu seorang pembantu rumah tangga di keluarga Belanda untuk waktu yang cukup lama, namun ia berhenti untuk bersemadi di air terjun yang ditemukannya. Maka itu keluarga Belanda yang ia tinggalkan memanggilnya Kakek Bodo, yaitu kakek yang bodoh. Kakek Bodo meninggal tahun 1952 menurut informasi dari penjual dan petugas Taman Wisata tersebut. Namun bangunan yang dibuat untuk makamnya baru dibuat pada tahun 1992.
Untuk para pengunjung, harap berhati-hati jika mengunjungi air terjun tersebut pada musim hujan, karena saat hujan bisa terjadi banjir mendadak di sana. Selain itu, bagi wisatawan yang mencari tempat yang tenang, lebih baik tidak mengunjungi Taman Wisata ini saat weekend karena suasana yang sangat ramai dan banyak sekali pasangan anak muda yang berdua-duaan.
Setelah semua berkumpul kembali di dekat gerbang masuk Taman Wisata Kakek Bodo, kami makan siang dari bekal hasil membeli di stasiun sebelumnya. Setelah itu AM-AM perempuan dan Dylan berangkat lebih dulu ke titik start pendakian. Jarak dari persimpangan sampai titik start sekitar 10 menit jika berjalan kaki. Di sana kami bertemu beberapa pendaki lain yang sedang pemanasan berasal dari Gresik.
Pukul 15.32 kami berangkat, memulai pendakian naik ke Welirang. Perjalanan kami memakai sistem setiap 30 menit berjalan, istirahat 5 menit. Dari titik start ke tempat istirahat pertama, tanjakan cukup terjal, lumayan untuk pemanasan dengan kemiringan kurang lebih 30 derajat. Setelah berjalan lagi sekitar 35 menit, kami sampai di pos pertama, Pos Pet Bocor. Di Pos Pet Bocor terdapat sumber air dari sebuah pipa dan terdapat tanah lapang yang cukup luas untuk 6 atau lebih tenda. Namun kami meneruskan perjalanan, dan baru pukul 17.00 sore kami berhenti dan berpencar mencari tempat camp. Setelah menemukan tempat camp yang cukup nyaman 20 menit kemudian, kami mulai membuat shelter, api, dan memasak makan malam.
Saat kami mulai makan malam, petir menyambar cukup sering, namun hujan baru turun saat evaluasi malam pukul 21.15 malam. Evaluasi tertunda karena hujan dan kami segera tidur walau pengaturan tenda sempat memakan waktu yang cukup lama.

Hari 3
Kami bangun pukul 05.05 dan 7 menit kemudian mulai membongkar tenda dan memasak sarapan. Cuaca pagi itu cerah dan kelihatan mendukung untuk pendakian. Pukul 07.35, seusai sarapan dan packing, kami melanjutkan evaluasi yang malamnya tertunda dan baru selesai pukul 08.10. Kami berangkat pukul 08.30 setelah pemanasan. Perjalanan masih menggunakan sistem yang sama, medan sepanjang perjalanan jalan batu dan cukup terjal dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat. Kami sempat berhenti untuk pembagian beban ulang karena salah seorang AM perempuan kelelahan. Jalan masih terjal dengan kemiringan lebih sama dengan 45 derajat. Vegetasi pun semakin sedikit, dan jalan sempat berkabut.
Setelah berjalan kurang lebih 2 setengah jam dari keberangkatan, kami menemuka makam Syekh Maulana Maghribi. Letaknya di pinggir jalan, dan makamnya terbuat dari batu. Pukul 11.20 kami jalan lagi. Jalannya masih jalan batu dan masih berkabut. 5 menit kemudian kami sampai di Pos Kopkopan. Pos Kopkopan hampir seukuran dengan Pos Pet Bocor, dan ada warung yang menjual makanan, minuman, dan Edelweiss. Juga ada sumber air berupa sungai. Saat itu banyak pendaki lain yang juga sedang beristirahat di sana. Kami pun memutuskan untuk rutin siang di sana.
Kami berangkat lagi pukul 13.16 seusai rutin siang dan packing. Jalanan setelah itu masih jalan batu, namun semakin terjal. Kemiringan berkisar antara 45 derajat – lebih dari 60 derajat. Semakin ke atas pun kabut semakin tebal, sempat hujan sedikit, namun sisanya cerah. Vegetasi dominan pinus, burung-burung semakin banyak, dan jalanan terus menanjak, jarang sekali landai. Setelah berjalan sekitar 4 jam dari Pos Kopkopan, pukul 17.07 kami sampai di pos penambang I. Ada 2 gubuk kecil, tanah cukup lapang, namun tidak ada sumber air. Banyak juga belerang berserakan di tanah. Tanjakan sebelum mencapai Pos Penambang kurang lebih 30 - 40 derajat. Kami berhenti di pos itu untuk mengisi survey sheet terlebih dulu. Kemudian berangkat lagi. Sekitar 15 menit dari Pos Penambang, kami sampai di Pos Pondokan. Tempat untuk membuat camp sangat luas dan bertingkat-tingkat. Namun Pos ini sangat ramai. Bahkan hampir penuh. Hanya tersisa sedikit spot untuk mendirikan camp. Pukul 19.20 kami mulai rutin malam dan selesai 1 jam 50 menit kemudian. Namun api tidak menyala, sehingga kami baru memulai evaluasi malam pukul 22.45. Cuaca amat sangat dingin, dan salah seorang AM sempat kram tangan saking dinginnya. Setengah jam kemudian evaluasi selesai dan semua segera tidur.

Hari 4
Kami bangun agak terlambat, yaitu pukul 05.30. Cuaca pagi itu dingin, namun berkas-berkas sunrise terlihat dari Pos Pondokan. Rutin pagi dimulai pukul 06.10, setelah sebelumnya pendokumentasian Pos Pondokan. Saat medical check up, salah seorang AM perempuan mimisan. Pukul 09.00 berangkat menuju puncak Welirang setelah pemanasan dan packing. Satu setengah jam pertama jalan masih jalan tanah, awalnya landai, namun kemudian menanjak, kemiringan mulai dari 30 – 60 derajat. Kemudian jalan berubah jadi jalan batu, kemiringan 30 – 60 derajat, dan frekuensi berpapasan dengan para penambang semakin sering.
Kemudian kami menemukan tanah lapang, vegetasi pun semakin beragam, pemandangan indah dan jalan mulai mipir, udara sejuk cenderung dingin, jalan semakin datar dan landai.
Pukul 12.30 kami menemukan tebing di tanah lapang, banyak ilalang, dikelilingi puncak-puncak Welirang, dan tanahnya berpasir. Kami pun mulai mencari puncak tertinggi Welirang, karena tidak ditemukannya tugu triangulasi. 15 menit kemudian kami sampai di Puncak tertinggi Welirang. Dari atas terlihat tambang belerang, udara dingin dan medannya berbatu-batu. Tanjakan cukup terjal, karena itu tas-ts sudah terlebih dulu ditinggal di tebing. Pukul 14.35 kami kembali ke tebing setelah pendokumentasian selesai. Namun kemudian kami mendapat teguran dari Bapak Diklat kami, karena meninggalkan sampah di puncak dan sebagai sanksinya AM yang meninggalkan sampah harus kembali ke puncak mengambil sampah tersebut. Selain itu, beberapa dari kami ada yang mencoret-coret batu, dan sebagai sanksinya wajah pencoret juga dicoret. Kami juga ditegur karena meninggalkan tas-tas dan jurnal tanpa dijaga.
Pukul 15.24 kami turun dari Welirang setelah rutin siang kilat karena waktu yang sedikit. Salah seorang AM perempuan, Afifah mimisan dan lemas sehingga tasnya dibawa AM lain. 1 jam 50 menit kemudian kami sampai di Pos Pondokan untuk istirahat dan memakai baju-baju hangat kami karena udara semakin dingin. Salah satu AM perempuan yang lain, Mega, mimisan juga, sehingga kami memperpanjang waktu istirahat kami. 17.45 kami berangkat lagi mencari tempat untuk camp yang lebih dekat ke jalur pendakian Arjuno. Pukul 18.14 akhirnya kami menemukan tempat untuk camp. Jalan menuju tempat camp itu jalan tanah, kecil, dan sempit. Namun jalannya datar dan landai. Lokasi camp itu sendiri di tengah rumput-rumput liar yang sangat tinggi, hasil terabasan. Karena ilalang yang lebat, sebaiknya jangan menjatuhkan barang apa-apa karena sulit untuk mencarinya, jadi pastikan alasi tenda, tempat menaruh tas dan tempat memasak dengan ponco terlebih dulu.
19.25 mulai rutin malam. Namun salah seorang AM perempuan, Mega sakit dan bertingkah agak aneh, dan AM perempuan yang lain, Ingka sakit maag akut, sehingga rutin jadi lama. Rutin baru selesai pukul 22.00 dan karena api belum jadi juga, evaluasi baru dimulai pukul 23.12, lagi-lagi tanpa api. 2 AM yang sakit tidak ikut evaluasi. Selesai evaluasi, semua tidur.

Hari 5
Kami bangun pukul 06.03, kondisi semua AM sehat. Kemudian kami rutin pagi dilanjutkan packing selama 3 jam 45 menit. Cuaca saat itu cerah, angin bertiup sepoi-sepoi namun matahari bersinar terik. Pukul 10.00 kami berangkat ke Lembah Kijang, namun Anggota ditinggal dan janjian bertemu di sana. Kami menemukan Lembah Kijang sekitar 50 menit dari tempat camp. Medan menuju Lembah Kidang cukup landai, tanjakan kurang lebih 30 derajat, kemudian turun cukup jauh dan terjal. Vegetasi di Lembah Kijang lebih beragam, pakis dan banyak lainnya. Pukul 11.46 kami berangkat lagi setelah mengisi pendataan survey sheet.
Pukul 12.56 kami menemukan tempat untuk rutin siang. Jalan menuju tempat rutin siang awalnya jalan tanah dan landai, ada padang ilalang luas yang indah, dan sisi kiri kanan jalan penuh bunga-bunga liar. Kemudian jalanan jadi jalan batu dengan kemiringan 15-45 derajat, vegetasinya pohon pinus di sepanjang jalan, namun kemudian jalan tanah berbatu dan semakin terjal, kemiringan sekitar 45-60 derajat.
Selama rutin siang dan resection, salah seorang AM perempuan, Mega, mimisan. Sekitar 30 menit dari tempat rutin siang, kami sampai di pertigaan. Kemudian kami mulai mencari tempat camp. Medan menuju pertigaan jalan tanah berbatu, sangat terjal, sekitar 45 – 70 derajat. Kami pun menemui rombongan pendaki lain yang baru turun dari puncak Arjuno.
Pukul 16.28 kami mulai membuat camp. Letaknya di lembah di atas padang ilalang luas, dari pertigaan turun lagi ke bawah ke arah Sumber Berantas. Namun karena berada di lembah, cuaca sangat dingin dan angin cukup kencang. 45 menit kemudian kami memulai rutin malam. Membuat api, masak, dan lain-lain. Pukul 19.10 selesai rutin dan evaluasi dimulai, angin sangat kencang dan cuaca sangat dingin. Evaluasi selesai pukul 19.55, kami segera tidur untuk mempersiapkan summit attack.

Hari 6
Kami bangun pukul 01.00 dini hari. Cuaca sangat dingin tapi langit cerah dan penuh bintang. Kami pun memulai persiapan summit attack, mulai dari packing sampai baju hangat yang sengaja kami pakai agar tidak kedinginan. Untuk summit attack, hanya 2 orang yang membawa ransel dan di-rolling. Ransel dibawa untuk webbing, air, kopi, misting, ponco, bendera, kotak medis, kamera, tissue, gelas dan kompor parafin. Pukul 02.15 kami berangkat summit attack. Medannya jalan tanah berbatu dengan kemiringan 30 – 75 derajat. Setelah berjalan sekitar 35 menit, AM Mega mimisan, sehingga kami istirahat dulu. Kemudian Ingka juga sakit karena sesak dan lemas, diperkirakan karena dehidrasi.
Kami pun melanjutkan perjalanan, jalanan masih jalan tanah, di kiri kanan jalan banyak pohon pinus dan pohon-pohon kering. Kami pun tiba di puncak bayangan. Terdapat 4 makam, tampak pemandangan city light di bawah, dan garis cakrawala mulai terlihat.
Pukul 04.52 kami sampai di Puncak Arjuno. Puncaknya terdiri dari batu-batu. Dari atas terlihat 3 gunung lain di arah selatan, barat, dan Timur Laut. Namun matahari sunriseI tertutup awan. Di puncak juga terdapat plang penanda puncak Arjuno.
Kami pun salat subuh berjamaah dan melakukan pendokumentasian. Setelah itu kami minum dan makan makanan kecil sambil menikmati pemandangan. Kami juga sempat menelepon seksi komunikasi karena ternyata ada sinyal.
Pukul 07.15 kami turun dari puncak Arjuno, kembali ke camp. Turunannya terjal dan berbatu-batu. 35 menit kemudian kami sampai di camp. Angin bertiup sepoi-sepoi, matahari bersinar terik. Namun AM Afifah mimisan lagi. Sambil beristirahat, kami memulai rutin. Pukul 11.19 kami berangkat menuju Sumber Berantas. Medan selama perjalanan sebagian besar turunan dan landai, jalannya jalan tanah. Awalnya banyak ilalang di kiri kanan jalan, kemudian berganti dengam pohon-pohon dan tumbuhan kering. Setelah itu kami mulai memasuki hutan Lalidjiwo dengan vegetasi lebih beragam. Dan kami menemukan beberapa batu uap panas. Semakin turun, semak-semak semakin lebat dan jalanan hampir tidak terlihat karenanya. Semak-semak itu juga membuat tali sepatu sering lepas. AM Afifah sempat mimisan lagi. Pukul 17.22 kami sampai di ladang wortel. Kaki AM Mega sakit sehingga kami memperlambat ritme jalan.
Pukul 19.18 kami sampai di Sumber Berantas dan beristirahat di salah satu warung. Jalanan sudah jalan besar dan aspal. Kami rutin malam di warung tersebut. Setelah berbicara dengan Lurah setempat, kami diizinkan tidur di mushola, jadi kami segera memindahkan barang-barang ke sana. Pukul 21.20 evaluasi malam dimulai dan selesai pukul 22.27. Kami pun segera tidur.

Hari 7
Kami bangun pukul 06.44. Setelah sarapan di warung, AM Surya & Ingka berangkat ke Pura Indrajaya dan Pura Giri Arjuno untuk pendokumentasian. Sekitar 10 menit kemudian kami sampai di Pura Indrajaya dan melakukan pendokumentasian. Jalan menuju Pura Indrajaya jalan aspal dan besar, dapat dicapai dengan angkot. Sedangkan Pura Giri Arjuno berjarak sekitar 5 menit dari Pura Indrajaya jika menggunakan motor. Jalannya melewati perkebunan apel dan cabai. Pemandangan di Pura Giri Arjuno indah dan ada pos di depannya.
Kami kembali ke warung dan sampai 20 menit kemudian. Kami juga sempat berpapasan dengan Regi dan Adika yang menumpang pick up menuju Batu. Pukul 08.55 kami berangkat ke Cangar (tempat pemandian air panas) setelah selesai packing.
40 menit kemudian kami sampai di tempat pemandian. Setelah menitipkan barang-barang, kami pun mencoba pemandian air panas tersebut. Terdapat 2 kolam renang biasa, 2 kolam air panas, dan 1 kolam air panas khusus wanita. Ada taman bermain kecil dan warung-warung yang menjual makanan dan minuman. Namun kolam air panasnya terbuat dari batu sehingga banyak lumut dalam airnya. Tidak disarankan berendam di kolam khusus wanita karena suhunya yang tidak sepanas 2 kolam air panas lainnya dan tidak higienis. Terbukti dari ditemukannya cacing air kecil dalam airnya. Untuk masuk ke tempat pemandian ini, memakan biaya Rp3000 / orang, untuk mandi atau membersihkan diri Rp1000 / orang. Khusus untuk laki-laki, terdapat tempat peminjaman celana renang. Juga terdapat tempat penitipan barang di pos. Terdapat juga sungai air panas, namun kondisinya kurang terawat karena banyak sampah di dalamnya.
Pukul 13.04 kami ke pelataran parkir dan menunggu jemputan dari relasi salah satu AM. 40 menit kemudian elf datang dan kami menjemput Regi dan Adika di alunalun kota Batu. Pukul 15.21 kami sampai di stasiun. Namun ternyata tiket dari Malang ke Bandung habis sampai tanggal 11 Juli, dan kami pun tidak dapat menemukan tiket bus untuk 13 orang. Tiba-tiba seorang ibu berseragam KAI keluar dan setelah berbicara sebentar, ia setuju menjual tiket Malabar Express ekonomi untuk besok pukul 15.30. Kami sangat berterima kasih dan segera membayar tiket yang dapat diambil esok harinya. Berkat relasi AM Afifah pula, kami mendapat tempat menginap, yaitu di mess tentara di dekat balai kota seharga Rp10.000 / orang.
Pukul 18.00 kami sampai di mess tentara, dan 10 menit kemudian evaluasi malam dimulai. Evaluasi selesai 45 menit kemudian dan dilanjutkan dengan acara bebas. Waktu tidur kami pun berbeda-beda.

Hari 8
Kami bangun ukul 07.00 dan segera packing. Pukul 08.03 kami berangkat ke stasiun untuk mengambil tiket, namun ternyata tiket baru bisa diambil di atas jam 10. Maka kami pun berpencar dan berjalan-jalan dulu. Pukul 09.30 AM-AM perempuan mengambil tiket dan mencari oleh-oleh. Pukul 13.07 kami semua sudah kembali berkumpul di mess untuk berpamitan dengan tuan rumah dan membayar biaya menginap. Barulah pukul 14.31 kami berangkat ke stasiun. Tapi keretanya belum datang. Pukul 15.20 kereta datang, dan 15 menit kemudian kereta berangkat.

Hari 9
Kami sampai di Stasiun Bandung pukul 09.13. AM Hadi menjemput kami di stasiun. Beberapa dari kami dijemput orang tua, lalu kami semua segera berangkat menuju sekretariat Jamadagni. Pukul 10.17 semua sudah berkumpul di sekretariat dan evaluasi akhir dimulai. Saat itu selain Regi dan Adika, ada Hendro dan Mahfud. Puku 10.49 evaluasi selesai dan kami semua bubar.